"Apa yang dimaksud dengan kepribadian???". Ini merupakan sebuah pertanyaan mudah namun menuntut sebuah jawaban yang panjang lebar. Kepribadian (personality=bahasa Inggris) berasal
dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya
'topeng' yang biasa dipakai artis dalam theater. Para
artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya,
seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal
pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang
ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar
dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat
diperlakukan sebagai sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu
dipakai di dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang
berdekatan maknanya antara lain:
1. Personality (kepribadian);
penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)
2. Character (karakter);
penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk)
baik secara ekspilit maupun implisit.
3. Disposition (watak); karakter
yang telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
4. Temperament (temperament);
kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologic atau fisiologik,
disposisi hereditas.
5. Traits (sifat); respons yang
senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun
waktu yang (relatif) lama.
6. Type-Attribute (ciri): mirip
dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih terbatas.
7. Habit (kebiasaan): respon
yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Sampai sekarang, masih belum ada batasan formal
personality yang mendapat pengakuan atau kesepakatan luas dilingkungan ahli
kepribadian. Masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri
sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang
mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai
stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard &
Marquis)
2. Kepribadian adalah kehidupan
seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan,
kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)
3. Kepribadian adalah organisasi
dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang menentukan model
penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang
unik dari seseorang (Guilford)
5. Kepribadian adalah seluruh
karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola
yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin)
6. Kepribadian adalah seperangkat
karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan
perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan) dari
seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana
sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologic saat itu (Mandy atau
Burt)
7. Kepribadian adalah suatu lembaga
yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti
terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray)
8. Kepribadian adalah pola khas dari
fikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain
dan tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares)
Jelas, masing-masing definisi mencoba menonjolkan
aspek yang berbeda-beda, dan disusun untuk menjawab tantangan permasalahan yang
berbeda. Lebih menguntungkan memahami beberapa teori dan memilih teori yang
tepat untuk diterapkan pada masalah yang tepat, disamping tetap memakai
teori-teori yang lain sebagai pembanding sehingga keputusan profesional yang
diambil seorang psikologi dapat lebih dipertanggung jawabkan. Namun
sesungguhnya dari berbagai definisi itu, ada lima persamaan yang menjadi ciri bahwa
definisi itu adalah definisi kepribadian, sebagai berikut :
1. Kepribadian bersifat umum;
Kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang-fikiran, kegiatan, dan
perasaan- yang berpengaruh terhadap keseluruhan tingkah lakunya.
2. Kepribadian bersifat khas:
Kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu yang membedakan dia dengan
orang lain, semacam tanda tangan atau sidik jari psikologik, bagaimana individu
berbeda dengan yang lain.
3. Kepribadian berjangka lama:
Kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah
berubah sepanjang hayat. Kalaku terjadi perubahan biasanya bersifat bertahap
atau akibat merespon suatu kejadian yang luar biasa.
4. Kepribadian bersifat kesatuan:
Kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai unit tunggal, struktur atau
organisasi internal hipotetik yang membentuk suatu kesatuan.
5. Kepribadian bisa berfungsi baik atau
buruk: Kepribadian adalah cara bagaimana orang berada di dunia. Apakah dia
tampil dalam tampilan yang baik, kepribadiannya sehat dan kuat? Atau tampil
sebagai burung yang lumpuh? Yang berarti kepribadiannya menyimpang atau lemah?
Ciri kepribadian sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa orang
senang dan mengapa susah, berhasil atau gagal, berfungsi penuh atau berfungsi
sekedarnya.
Beberapa teori dalam psikologi kepribadian
Psikoanalisis Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yakni sadar
(Conscious), pra sadar (Preconscious),
dan tidak sadar (Unconscious).
Alam sadar adalah apa yang anda
sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran,
fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah
apa yang dinamakan Freud dengan alam pra
sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan 'kenangan yang
sudah tersedia' (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan
mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak
anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun
bagian terbesar adalah alam bawah sadar
(Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit
dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu
yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau
emosi-emosi yang terkait dengan trauma.
Id (Is [Latin],
atau es [Jerman]) Id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id
ini akan muncul ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek
psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan
beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak
pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk
mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari
struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip
kenikmatan (pleasure principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan
dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif
inaktif atau tingkat energi yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau
peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. pleasure principle diproses
dengan du acara, tindak refleks (refllex actions) dan proses primer (primary
process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir
seperti mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang sederhana
dan biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/
mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai
untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan
atau punting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu,
tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan
kebutuhan. Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu
moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang
memberikan kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral.
Alasan ini lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
The Ego (Das Ich
[Jerman]), ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas;
sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle);
usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan
baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat
memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif
(pelaksana) dari kepribadian,
yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak
direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas
kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai
dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego
sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga
memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari
superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang
tidak memiliki enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.
The Superego
(Das Ueber Ich[Jerman]), adalah kekuatan
moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic
principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik
dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai
enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran.
Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama
dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik
(Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistic mempunyai dua
subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Superego pada
hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau
interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada anak
melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience),
yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui,
dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau
ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses pengembangan
konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu
disebut introyeksi (introjection). Sesudah menjadi introyeksi, kontrol
pribadi akan mengganti kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam
menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah
dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego;
(1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan
moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.
Perkembangan Kepribadian
Freud adalah teoritis pertama yang
memusatkan perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan pentingnya peran
masa bayi dan awal-awal dalam pembetukan karakter seseorang. Freud yakin dasar
kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian
sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur
dasar tadi. Tehnik psikoanalisis mengeksplorasi jiwa pasien antara lain dengan
mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanak-kanak.
Freud membagi perkembangan kepribadian
menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12
tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantile yang paling
menentukan dalam pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase
oral, fase anal, fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh
perkembangan seks, yang terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap
ini disebut juga tahap seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti
perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh
untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian nama fase-fase
perkembangan infantile sesuai dengan bagian tubuh-daerah arogan-yang menjadi
kateksis seksual pada fase itu. Tahap perkembangan psikoseksual itu adalah :
Þ Fase Oral
berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut,
dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan menggigit.
Þ Tahap Anal
yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap
ini adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktifitas yang paling
dinikmati.
Þ Tahap Phallic
berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap
ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
Þ Tahap Laten
berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12 tahun ).
Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan
sedemikian rupa demi proses belajar
Þ Tahap Genital
dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat
pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual.
Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan seksual
yang kita anggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang
normal.
Psikologi
Individual (ALFRED ADLER 1870-1937)
Struktur Kepribadian
Manusia adalah mahluk sosial. Bahwa
manusia merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat terbagi-bagi, tampaknya
sudah jelas bagi kita. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan "manusia
adalah mahluk individual ". Mahluk individual berarti mahluk yang tidak
dapat dibagi-bagi (in-dividere).
Aristoteles seakan-akan berpendapat
bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang
masing-masing bekerja sendiri, seperti kemampuan vegetatif: makan,
berkembang biak; kemampuan sensitif: bergerak mengamati-amati, bernafsu,
dan berperasaan; berkemampuan intelektif: berkemampuan dan
berkecerdasan.
Segi utama lainnya yang perlu
diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki merupakan mahluk sosial. Sejak
ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makan, minuman, dan lain-lain.
Manusia, selain mahluk individual yang
sebenarnya tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya, sekaligus juga merupakan
mahluk sosial. Hal ini pun sebenarnya tidak perlu dibuktikan. Disamping itu
manusia merupakan mahluk yang bertuhanan. Hal terakhir juga tidak perlu
dibuktikan lagi, sebab bagi manusia terutama Indonesia yang sudah dewasa dan
sadar akan dirinya sudah jelas sulit menolak adanya kepercayaan terhadap Tuhan,
sebagai segi hakiki dalam perikehidupan manusia dan segi khas bagi manusia pada
umumnya.
Adler yakin bahwa individu memulai hidup
dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang
menggerakkan orang untuk bergerak atau berjuang menjadi superioritas atau
menjadi sukses. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk
menjadi pribadi superior, dan individu yang sehat termotivasi untuk
mensukseskan umat manusia.
Pokok-Pokok Teori Adler
1. Individualitas sebagai pokok
persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya
sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebetulan serta
sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu kongfigurasi
motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas; tiap tindak yang dilakukan
oleh seseorang membawakan corak yang khas gaya
kehidupannya yang bersifat individual.
2. Pandangan Teleologis: Finalisme
Semu
Vaihinger mengemukakan, bahwa setiap
manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata
bersifat semu, yang tidak ada buktinya atau pasangannya yang realitas.
3. Dua Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua
dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya,
yaitu :
a) Dorongan kemasyarakatan yang
mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada masyarakat; dan
b) Dorongan keakuan, yang mendorong
manusia bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Adler berpendapat, bahwa rasa rendah
diri itu bukanlah suatu pertanda ketidak normalan; melainkan justru merupakan
pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga
rasa rendah diri itu berlebihan sehingga manifestasinya juga tidak normal,
misalnya timbulnya kompleks rendah diri atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam
keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong kearah kemajuan atau
kesempurnaan (superior).
5. Dorongan Kemasyarakatan
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar
yang dibawa sejak lahir; pada dasarnya manusia adalh mahluk sosial. Namun
sebagaimana lain-lain kemungkinan bawaan, kemungkinan mengabdi kepada
masyarakat itu tidak nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing atau
dilatih.
Gambaran tentang manusia sempurna hidup
dalam masyarakat sempurna menggantikan gambaran manusia kuat, agresif dan
menguasai serta memeras masyarakat.
"Dorongan untuk berkuasa, memainkan
peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian" ( Adler, 1946, p. 145.)
6. Gaya Hidup
Gaya hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk
memahami tingkah laku seseorang; inilah yang melatarbelakangi sifat khas
seseorang.
Gaya hidup seseorang itu telah terbentuk antara umur tiga
sampai lima tahun, dan selanjutnya segala
pengalaman dihadapi serta diasimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas itu.
7. Diri yang Kreatif
Diri yang kreatifitas adalah penggerak
utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya
menjelaskan soal ini ialah karena orang tidak dapat menyaksikan secara langsung
akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya.
Mengatasi Inferioritas dan Menjadi Superioritas:
Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi
oleh atau dorongan utama-dorongan untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi
superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan mengenai masa
depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik
keinginan menjadi superior, maka orang mencoba untuk hidup sesempurna mungkin.
Inferiorta bagi Adler berarti perasaan
lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Bukan rendah
diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, walakupun ada unsur
membandingkan kemampuan khusus diri dengan kemampuan orang lain yang lebih
matang dan berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirip dengan trandensi
sebagai awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow.
Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain,
tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha menjadi lebih
baik-menjadi semakin dekat dengan tujuan final.
Perasaan inferioritas ada pada semua
orang, karena manusia mulai hidup sebagai mahluk kecil dan lemah. Sepanjang
hidup, perasaan iri terus muncul ketika orang menghadapi tugas baru dan belum
dikenal yang harus diselesaikan.
Banyak orang yang berjuang menjadi
superioritas dengan tidak memperhatikan orang lain. Tujuannya bersifat pribadi,
dan perjuangannya dimotivasi oleh perasaan diri inferior yang berlebihan.
Pembunuh, pencuri, pemain porno adalah contoh ekstrim yang berjuang hanya untuk
mencapai keuntungan pribadi. Namun pada umumnya perbuatan atau perjuangan
menjadi superior sukar dibedakan, mana yang motivasinya untuk keuntungan
pribadi dan mana yang motivasinya minat sosial. Orang yang secara psikologi
sehat, mampu meninggalkan perjuangan menguntungkan diri sendiri menjadi
perjuangan yang termotivasi oleh minat sosial, perjuangan untuk menyukseskan
nilai-nilai kemanusiaan. Orang ini membantu orang lain tanpa mengharap imbalan,
melihat orang lain bukan sebagai saingannya akan tetapi sebagai rekan yang siap
bekerjasama demi kepentingan sosial.
Kesatuan (Unity) Kepribadian
Adler memilih psikologi individu
(individual psychology) dengan harapan dapat menekankan keyakinannya bahwa
setiap manusia itu unik dan tidak dapat dipecah-pecahkan. Psikologi individual
menekankan pentingnya unitas kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan
semuanya diarahkan kesatu tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan.
Gaya Hidup
Adler juga dipengaruhi oleh Jan Smuts,
filosofi dan negarawan Afrika Selatan. Menurut Smuts, kalaku ingin memahami
orang lain, kita harus memahami dia dalam kesatuan yang utuh, bukan dalam
bentuk yang terpisah-pisah, dan yang lebih penting lagi, kita harus memahaminya
sesuai dengan konteks keadaan yang melatari orang tersebut, baik fisik maupun
sosial.
Kepentingan Sosial
Adler menganggap kepekaan sosial ini
bukan sekedar bawaan sejak lahir dan bukan pula diperoleh hanya dengan cara
dipelajari, melainkan gabungan keduanya. Kepekaan sosial didasarkan pada
sifat-sifat bawaan dan dikembangkan lebih lanjut agar tetap bertahan.
Di lain pihak, bagi Adler, tidak ada
kesadaran sosial adalah sakit jiwa yang sesungguhnya. Segala bentuk sakit
jiwa-neurotik, psikotik, tindak kriminal, narkoba, kenakalan remaja, bunuh
diri, kemiskinan, prostitusi, dan lain-lain sebagainya- adalah
penyakit-penyakit yang lahir akibat tidak adanya kesadaran sosial. Tujuan
orang-orang yang mengidap penyakit ini adalah superioritas personal,
keberhasilan dan kemenangan hanya berarti untuk mereka sendiri.
Psikologi Behaviorisme (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)
Psikologi Behaviorisme (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)
Struktur kepribadian
Menurut Skinner, penyelidikan mengenai
kepribadian hanya sah jika memenuhi beberapa kriteria ilmiah. Umpamanya, ia
tidak akan menerima gagasan bahwa kepribadian (personality) atau diri (self)
yang membimbing atau mengarahkan perilaku.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian
itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah organisme
dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner menguraikan
sejumlah tehnik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Kemudian banyak
diantaranya dipelajari oleh social-learning theoritists yang tertarik dalam
modeling dan modifikasi perilaku. Tehnik tersebut adalah sebagai berikut
(Wulansari & Sujatno, 1997).
1. Pengekangan Fisik ( physical
restraints )
2. Bantuan Fisik ( physical aids)
3. Mengubah Kondisi Stimulus (changing
the stimulus conditions)
4. Manipulasi Kondisi Emosional (manipulating
emotional conditions)
5. Melakukan Respons-respons Lain (performing
alternative responses)
6. Menguatkan Diri Secara Positif (positive
self-reinforcement).
7. Menghukum Diri Sendiri ( self
punishment).
1. Perilaku yang alami (innate
behavior), atau yang biasa disebut respondent behavior. Yaitu
perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.
2. Perilaku Operan (operant behavior),
yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak jelas atau tidak
diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan organisme itu sendiri.
Bagi Skinner, faktor motivational dalam
tingkah laku bukan bagian elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah
laku seseorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. Konsep
motivasi yang menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan
bukan fungsi dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab sebagainya. Konsep
itu secara sederhana dijelaskan melalui hubungan sekelompok respon dengan
sekelompok kejadian. Penjelasan mengenai motivasi ini juga berlaku untuk emosi.
Dinamika Kepribadian
Kepribadian dan Belajar
Hakikat teori skinner adalah teori belajar,
bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil,
menjadi lebih tahu. Dia yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan
mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan
lingkungannya. Cara yang paling efektif untuk mengubah dawn mengontrol tingkah
laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforment), suatu strategi
kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau
sebaliknya (berpeluang tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep
dasarnya sangat sederhana yakni semua tingkah laku dapat dikontrol.
Tingkah laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan skinner adalah
: Tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak ada
dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan eksternal, yang mempengaruhi
tingkah laku. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam
"self", tetapi bagaimana self mengontrol variabel-variabel luar yang
menentukan tingkah laku.
Stimulan Aversif
Stimulasi aversif adalah lawan dari
stimulant penguatan, sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan.
"Perilaku yang diikuti oleh
stimulant aversif akan memperkecil kemungkinan diulanginya perilaku tersebut
pada masa-masa selanjutnya."
Definisi ini sekaligus menggambarkan
bentuk pengkondisian yang dikenal dengan hukuman.
Kondisioning Klasik
(Classical Conditioning)
Kondisioning klasik, disebut juga
kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan
hubungan stimulus-respon yang bersifat refleksbawaan.
Kondisioning Operan (Operant
Conditioning)
Reinforser tidak diasosiasikan dengan
stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon
itu sendiri beroperasi memberi reinsforment. Skinner menyebut respon itu
sebagai tingkah laku operan (operant behavior).
Tingkah laku responden adalah tingkah
laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respon diusahakan
dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi aslinya. Tingkah laku
operan mungkin belum pernah dimiliki individu, tetapi ketika orang melakukannya
dia mendapat hadiah. Respon operan itu mendapat reinforcement, sehingga
berpeluang untuk lebih sering terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung
pada tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel dibanding
kondisioning klasik.
B. F. Skinner dengan pandangannya yang
radikal, banyak salah dimengerti dan mendapat kritik yang tidak proporsional.
Betapapun orang harus mengakui bahwa teori Behaviorisme paling berhasil dalam
mendorong penelitian dibidang psikologi dengan pendekatan teoritik lainnya.
Berikut lima
kritik terpenting terhadap B. F. Skinner.
1. teori skinner tidak menghargai
harkat manusia. Manusia bukan mesin otomat yang diatur lingkungan semata.
Manusia bukan robot, tetapi organisme yang memiliki kesadaran untuk bertingkah
laku dengan bebas dan spontan.
2. gabungan pendekatan nomoterik dan
idiografik dalam penelitian dan pengembangan teori banyak menimbulkan masalah
metodologis.
3. pendekatan skinner dalam terapi
tingkah laku secara umum dikritik hanya mengobati symptom dan mengabaikan
penyebab internal mental dawn fisiologik.
4. generalisasi dari tingkah laku
merpati mematok makanan menjadi tingkah laku manusia yang sangat kompleks,
terlalu luas/ jauh.
Sampai disini dulu ya penjelasan tentang bahasan ini. Suatu saat kita akan lanjutkan dengan pembahasan yang lebih panjang lebar, tentu saja dengan satu harapan kita semakin dapat memahami mengenai teori kepribadian dan beberapa teori-teori kepribadian ini.